Minggu, 12 Agustus 2012

aku di telpon diriku sendiri

    Pada suatu hari,di sebuah kota ada satu genk yang memberantas kejahatan,ketua genk itu Kevin dan Wendy itu kekasihnya,satu genk terdiri dari 6 orang.
      Suatu hari,mereka sedang berkumpul di cafe,tapi wendy gak sengaja nabrak seorang tante.
Wendy:aduh maaf tante,aku gak sengaja?
Tante Nuraini:gak papa,ini salah tante koq!tante Cuma mikir tadi itu siapa yang nelpon tante!
Wendy:emang nomernya gak di ketahui ya tante?
Tante Nuraini:nggak,nomernya itu nomer tante sendiri!
Wendy:jadi tante di telpon oleh nomer tante sendiri?
Tante Nuraini:iya,tapi setelah saya telpon balik!yang bicara itu suara saya sambil bilang kalau ajalmu sudah dekat!
Wendy:aneh juga ya tante!
Kevi:sayang,dia siapa?
Tante Nuraini:ya sudah,aku pergi dulu!

     Tidak lama kemudian,Tante itu tertabrak bis hingga tulangnya patah,esok harinya,Wendy menceritakan tentang percakapanya dengan tante itu.
July:mungkin itu Cuma orang yang iseng!
Wendy:tapi kata tante itu,yang mengangkat itu suaranya sendiri!
Andre:itu sangat aneh,tapi kenapa kamu pikirin itu?
Wendy:nggak,aku cuma penasaran saja sama orang yang menelpon tante itu!
Kevin:sudahlah sayang,itu bukan urusan kita!
Bagus:semalem,aku online!dan disitu,ada suatu tokoh baju yang sangat bagus,kalian mau kesana gak?
Sintia:boleh juga!
(tiba2 telpon Sintia bunyi)
 Andre:who is call you?
Sintia:i dont know!tapi sepertinya ini nomer aku sendiri!
Wendy:seperti Tante itu!
Kevin:masak sich,coba kamu angkat!
Sintia:sudah mati!
Bagus:kalau gitu,coba kamu telpon balik!
Sintia:hallo siapa ini?(aku adalah kamu,dan kamu akan menemui ajal kamu sesaat lagi)!maksud kamu apa?(kamu akan meninggal sebentar lagi) !
Kevin:gimana,dia siapa?
Sintia:itu suara aku,dan dia bilang kalau aku akan meninggal sebentar lagi!
Wendy:ini kayaknya sangat misterius,tapi apa kamu akan meninggal beneran?
Kevin:hus kamu ngomong apa sich,kamu doain kalau Sintia itu meninggal?
Wendy:bukannya gitu,aku Cuma........
Andre:sudahlah,kayaknya omongan ini sudah mulai ngacok!
Bagus:kita gak jadi dech ke toko itu,mendingan kita pulang ke rumah!

     Setelah sampai di rumah Sintia mandi air panas,tapi Sintia gak tau kalau ada kabel listrik yang putus dan masih menyala masuk ke dalam bak mandinya.Setelah Sintia masuk Sintia tersetrum dan seisi rumah kongslet,ke esokan harinya Wendy dan kawan2 kaget setelah mendengar kalau Sintia meninggal.
Wendy:tuh apa aku bilang,kalian sich gak percaya!
Andre:tapi aku masih belum percaya!
Kevin:iya,gak masuk akal gitu!
Bagus:persetan dengan telpon itu!
July:guys,kita kehilangan Sintia!jadi please,jangan mengungkit hal itu!
Andre:dari pada kita sedih terus,gimana kalau kita bersenang2 di pameran ini!
Bagus:sebentar!ada telpon!
Wendy:siapa,pasti nomer kamu sendiri?
Bagus:iya,ini nomer aku sendiri!
July:coba angkat!
Bagus:hallo siapa ini?(aku adalah kamu,dan kamu adalah aku)siapa kamu,jangan macam2!(kamu akan mati saat ini juga) !
Kevin:dia bilang apa?
Bagus:aku akan meninggal saat ini juga!

    Dan pada saat itu juga,ada kuda yang lagi marah sampai2 bambu yang lincip terlempar dan menembus perut Bagus.
Wendy:waaaaaaaaaaaa!
Kevin:masya allah!

     Esok harinya,Wendy dan kawan2 sangat gelisah dan ketakutan akan telpon genggamnya sendiri.
Andre:yang aku herankan kenapa Cuma kita yang di incar?
Wendy:hidup ini penuh dengan teka-teki,dan mungkin orang2 di luar sana juga mendapatkan telpon kematian itu!
July:menurut aku,kita harus berjaga dengan telpon kita sendiri!
Kevin:ini semua sudah takdir,tuhan sudah menakdirkan kita untuk seperti ini!
Andre:aku gak mau pegang henpon aku lagi!(sambil membuang henponnya)
Wendy:kenapa kamu buang hp kamu?
Andre:aku takut kalau aku yang berikutnya di telpon!
July:tapi kalau kamu di telpon kamu gak akan tau!
Andre:lebih baik aku gak tau kematian aku sendiri!
Kevin:masalah ini harus kita pecahkan!
Wendy:tapi caranya?
July:kita harus bersama-sama,jadi apa bila kita di telpon diri kita sendiri!kita bisa saling jaga!
Andre:aku setuju!kalau gitu,malam ini kita tidur di rumah Kevin!

     Di rumah,July telah di telpon oleh dirinya sendiri dan July langsung terburu-buru kerumah Kevin,tapi ternyata malah tertabrak dan semua organ tubuhnya tepisah dari tubuhnya,ternyata semua itu di lihat oleh Andre.
Andre:July meninggal,aku melihat semuanya dengan mataku sendiri!
Wendy:kenapa semua ini terjadi kepada kita,padahal kita baru saja berniat untuk membuka sekolahan SMU!
Kevin:mungkin semua itu belum waktunya!
Andre:sekarang bukan itu yang terpenting,yang penting sekarang kita harus menghindari semua benda tajam!
Wendy:percuma,kalau kita di telpon diri kita sendiri!kita tetap akan meninggal!
Andre:ok kalau gitu,kalau emang kalian gak setuju!biar aku pergi sendiri!
Kevin:tapi kalau. . .
Andre:ah terserah!

     Andre pun pergi di sebuah ruangan yang kosong dan hanya terdapat cahaya dan pintu yang berkarat.
Andre:sementara aku harus berdiam diri di ruangan ini,sampai aku merasa aman!tapi bagaimana dengan perusahaan ayah?bodo’ amat,yang penting aku selamat dulu dari teror telpon itu!

     Tidak lama kemudian,pintu yang berkarat itu terbuka karna angin yang kencang dan lampu pecah.Ruangan itu hampir roboh tapi gak jadi.
Andre:apa itu tadi adalah giliran aku mati?tapi kenapa ruangan ini tidak jadi roboh,padahal semua sisi tembok sudah retak2!apa jangan2 aku ini memang bukan giliran aku!

     Wendy dan Kevin sudah menerima telpon dari dirinya sendiri,dalam waktu yang bersamaan.Dan tidak lama kemudian rumah Wendy pun runtuh tercampur dengan tanah,dan Wendy meninggal karna tertindihan tembok2yang reruntuhan,kalau Kevin meninggal karna pecahan kaca mengenai matanya.Ternyata Andre sedang berada di depan rumah Wendy.
Andre:ya tuhan,semua teman aku meninggal!apa aku akan meninggal juga?

Minggu, 05 Agustus 2012

I, My Memories, and Rain

Entah kenapa, aku suka memandangi hujan, bagiku hujan adalah sebuah kenanganku. Karena hujan aku dapat berkenalan dengan kakak kelasku, yang selama ini populer di sekolah. Usai eksul, aku lihat langit sangat mendung. Aku memaksakan diri untuk pulang, dan benar dugaan ku tak berapa lama hujan pun turun. Aku segera berlari ke halte untuk berteduh. “hmm, pasti Nina sama Chika udah dirumah nonton tv sambil minum Milo” gumamku dalam hati. Saat aku sedang melamunkan suasana dirumah, tiba tiba seorang cowok datang untuk berteduh. Ia melihatku, dan sepertinya aku kenal dengannya.
            “Hay” sapanya padaku. Aku hanya membalas sapaanya dengan senyum. Tiba tiba ia melanjutkan perkataanya “Aku sangat suka dengan hujan, karena bagiku hujan menyimpan seribu misteri, bagaimana denganmu?”. “Aku?, ya aku memang suka hujan, terkadang aku juga tidak menyukainya, karena bisa mengganggu jadwalku” jelasku panjang lebar. “Iya, memang pendapat orang berbeda-beda” katanya. “ya,ya,ya” jawabku. “oya, namaku Dicky, kamu?” tanyanya mengkagetkanku. “Aku Kiky” jawabku. “Pulang bareng?” tanyanya lagi. “Hujan-hujan begini?” tanyaku balik. “Iya” jawabnya dan segera lari ke tengah jalan sambil menikmati hujan. Aku pun segera mengikutinya. Dan hari ini aku pulang bareng kakak kelasku sendiri sambil hujan-hujan.
            “Keren juga tu kakak kelasku” gumamku dalam hati. Saat aku sedang membayangkan wajah kakak kelasku. Kakakku datang mengkagetkanku. “Hayoooo, ngelamunin siapa?” tanya kak Ratu. “Idiih, sukanya bikin kaget aja, gakok” jawabku. “Degk, kakak pinjem headphonennya dong” kata kak Ratu dengan wajah sok imutnya. “Idih kakak, headphone kakak kemana?” tanyaku. “Dipinjem cowok kakak” jawabnya santai. “Gabisa, mau aku pake habis ini, udah sana balik ke kamar” kataku dengan sewot. “Iya deh” kata kak Ratu. Setelah itu kak Ratu segera meninggalkan ku dikamar. “Salah sendiri headphone dikasih ke cowoknya, kalau udah di sakitin baru tau rasa tu” gumamku. Aku segera bangun dari tempat tidur dan menyalakan laptop untuk menulis di blogku tentang yang aku alami tadi.
            Keesokan paginya di sekolah. “Yang udah jarang banget hang out sama kita” kata sii Chika mengkagetkanku. “Iya, iya sorry, tapi minggu ini aku bakal hang out sama kalian semua” jawabku. “Bukannya udah ada janjian sama kakak kelas kita yah? Sii Dicky” sambung Nina. “Idihh, gakok.. tenang aja” jawabku. Kami terus mengobrol sampai tak terasa bel masuk berbunyi. Akhirnya kami segera duduk di tempat masing-masing dan memulai pelajaran pertama. Saat pelajaran aku merasa ganyaman, aku merasa Stefan memerhatikanku. Tak terasa pelajaran pun usai. Hari ini kami pulang pagi. Di karenakan semua guru ada seminar.
            “Pulang bareng yuk” ajak Dicky. “Gausah deh, aku mau hang out sama Chika ma Nina” jawabku sambil tersenyum ke arah Dicky. “Ouh, yaudah, hati-hati yah” kata Dicky sambil meninggalkanku. Aku, Nina, dan Chika segera menuju Saboten untuk WiFi.an sekalian nongkrong disana. “Eh, ntar anterin aku ke Gramedia yah” ajak Chika. “Oke deh” jawabku dan Nina kompak. Saat aku, Nina, dan Chika sedang asyik update di twitter, HP ku berbunyi. Aku membukanya, dan ternyata itu sms dari Dicky. “Kiikyy ntar sore jam 16.00 WIB aku tunggu di taman biasa”. Aku segera membalasnya “Oke”. “Hey, Dicky ngajak aku ketemuan di taman biasa ntar jam 16.00 WIB.” Kataku. “Ouh, yaudah sekarang ke Gramedia aja” ajak Chika. Akhirnya kami segera ke Gramedia.
            Kami pun sampai di gramedia. “Bentar yah, aku ke toilet bentar” kata Nina. “Ouh, oke oke” jawab Chika dan Aku. Ternyata Nina ke kamar mandi untuk menelfon Stefan dan memberi tau kalau ntar sore jam 16.00 WIB aku ketemuan sama Dicky. “Udah, cari bukunya?” tanya Nina. “Udah kok, nie” kata Chika sambil menunjukan buku yang ia cari. “Kamu udah Ki?” tanya Chika. “Udah kok” jawabku. “Buku apa.an?” tanya Nina. “Buku Chicken soup for the soul Love Stories” jawabku. Akhirnya kami menuju kasir dan membayar buku yang kami beli. Setelah itu kami pun pulang.
            Aku sampai di rumah pukul 15.30 WIB. Aku segera menuju kamar mandi dan mandi tentunya, usai mandi aku segera ganti baju dan berangkat menemui Dicky di taman. Saat perjalanan kesana aku merasa Deg-deg.an untuk ketemu Dicky. Dan akhirnya aku sampai juga di tempat tujuan. Aku pun segera menyebrang karena tadi aku lihat jalan sangat sepi, saat aku menyebrang ada mobil yang melaju dengan kecepatan penuh dan hampir menabrak ku. Tetapi, ada Stefan yang mendorongku ke ujung jalan. Dan akhirnya Stefan lah yang tertabrak. Aku segera mendekati Stefan. “Stef, kenapa kamu selamatin aku? Harusnya aku, bukan kamu yang ketabrak” kataku. “Aku sayang sama kamu, aku gamau kamu yang tertabrak” jawab Stefan dengan suara makin melemah. Saat aku menangis, Dicky datang menghampiriku. Kami pun segera membawa Stefan ke Rumah Sakit.
            Akhirnya kami sampai di Rumah Sakit. Stefan segera ditangani Dokter. Aku menunggu di ruang tunggu bersama Dicky. Tak ada hentinya aku menangis. “Udah, gausah nangis, semua ini udah takdir” kata Dicky sambil memeluk ku. “Tapi, aku merasa bersalah sama Stefan” Jawabku yang masih terus menangis. Beberapa saat dokter pun muncul. “Siapa keluarga Stefan?” tanya Dokter itu. “Saya temannya Dok” jawabku. “Silahkan masuk” kata Dokter itu. Tanpa basa-basi lagi aku dan Dicky segera masuk ke kamar Stefan. “Stef” kataku lemah dan masih menangis. Dicky hanya mengikutiku dari belakang. “Stef, aku disini, please sadar” kataku dengan air mata yang terus menetes. “Kiky” kata Stefan lemah. “Iya Stef, aku disini” jawabku. Dicky hanya diam dan duduk disebelahku. “Aku sayang sama kamu” kata Stefan. “Iya, aku juga, aku janji bakal jaga kamu sampai kapanpun, aku selalu ada di sini buat kamu” jawabku, walau hatiku masih terasa sakit, karena aku sayang sama Dicky, bukan dengan Stefan. Setelah aku mengucapkan perkataan itu, aku melihat Dicky yang sangat kecewa tentang keputusanku itu. Ia segera keluar, tetapi aku juga gabisa meninggalkan Stefan sendiri.
            Akhirnya Stefan tertidur juga. Aku meninggalkan Stefan dan menemui Dicky di ruang tunggu. Tetapi aku tidak menemukan Dicky disana, aku lihat diluar sedang hujan, dan benar dugaanku. Dicky hujan-hujan disana. Tanpa basa-basi lagi, aku segera menghampiri Dicky. “Dicky” kataku lemah. “Mau apa? Belum puas nyakitin hati aku?” tanya Dicky tanpa melihat wajahku sama sekali. “Dicky, dengerin dulu, aku lakuin ini semua..” belum selesai aku jawab Dicky memotong pembicaraanku. “Karena kamu sayang kan sama Stefan, kamu ganyadar apa?, selama ini aku perhatian sama kamu, karena aku sayang sama kamu” kata Dicky. Aku sangat kaget dengan ucapan Dicky. “Dicky, dengerin aku, tatap mata aku” kataku dengan membentak Dicky. Dicky melihat mataku. “Kamu inget pertama kita ketemu? Kita hujan-hujan kayak gini. Kamu inget kan kenangan yang kita ciptain dulu? Kamu masih inget semuannya kan?” kataku dan masih menangis. “Aku inget semuanya, Hujan ini yang nyatuin kita, Hujan ini yang buat kita semakin deket” kata Dicky sambil berjalan menghampiriku. “Aku juga sayang sama kamu Dick, aku lakuin ini semua karna cuma ingin bahagian Stefan aja. Hatiku Cuma buat kamu Dick” kataku dengan lemah. Dicky segera memeluk ku. “Aku yakin Dick, kasih sayang kita, yang nantinya bakal nyatuin kita. Tapi, untuk saat ini, aku masih belum bisa. Kita jalanin semua kayak gini dulu Dick, aku harap kamu ngertiin aku” kataku dan segera melepas pelukan Dicky. Dicky hanya diam. Aku pun segera meninggalkan Dicky dan masuk ke Rumah Sakit dalam keadaan basah kuyup.
            Saat aku menunggu di ruang tunggu. Aku menelfon kak Ratu. “Halo kak” kataku masih dalam isak tangis. “Iya adek, kenapa?” tanya kak Ratu. “Bisa bawain aku baju gakak?, aku tunggu di RSU DR. Soetomo” kataku. “Iya, kakak segera kesana, tunggu ya dek” kata kak Ratu dan mematikan telfonnya. saat aku menunggu, Dicky datang dengan keadaan basah kuyup dan duduk di sebelahku. Aku hanya terdiam. Dicky berbisik “Aku sayang kamu, aku ingin kamu bahagia meski hatiku ngerasa sakit, aku tunggu kamu sampai kapanpun” bisik Dicky. Air mataku yang tadi sudah tak menetes lagi, kini mulai menetes lagi. Setelah Dicky berbicara seperti itu, ia pergi begitu saja meninggalkanku. Setelah beberapa menit, kak Ratu datang. Aku segere ke kamar mandi untuk ganti baju. Usai itu, aku menyuruh kak Ratu pulang, karna aku tau kak Ratu bener-bener capek hari ini. Akhirnya kak Ratu menuruti semua omonganku.
            Aku segera ke kamar Stefan dan menjaganya. “Ki” kata Stefan lemah. “Ia, Stef?” tanyaku. “Aku mau kamu bahagia” kata-kata Stefan yang membuatku teringat dengan Dicky. “Aku udah bahagia Stef, disini, sayang sama kamu itu udah membuat aku bahagia” jawabku panjang lebar. Stefan hanya tersenyum mendengar jawaban itu. “Stef, aku ke kamar mandi dulu yah” kataku. “Ia” jawab Stefan. Aku segera keluar, dan menuju ke kamar mandi. Aku menangis karena sudah membohongi perasaanku sendiri. Aku gamau larut dalam kesedihan terlalu lama. Aku harus menerima kenyataan dan ini yang harus aku jalani saat ini. Aku mengusap air mataku dan kembali kamar Stefan,
            Tak terasa 2 minggu sudah Stefan di Rumah Sakit. Hari ini ia boleh pulang. “Kik, aku mau kamu jadian sama Dicky” kata Stefan mnegkagetkanku. “Stef, kok ngomong gitu? Kamu gasayang sama aku?” tanyaku. “Justru karna aku sayang sama kamu, aku mau kamu bahagia” jawab Stefan. “Stef, dulu aku memang gaada rasa sama sekali sama kamu, tapi, setelah kejadian itu, aku coba sayank sama kamu. Aku coba terima semuanya” jelasku panjang lebar. Stefan bisa mengerti keadaanku sekarang. Karna stefan sudah di jemput keluarganya, aku segera pulang.
            Di kamar aku membuka laptop dan mambuka email ku. Ada 1 email masuk. Dan ternyata itu email dari Dicky. Aku segera membukanya. Isinya seperti ini..
            To : anditaitukiikyy@ymail.com
            From : dickymprasetyo@ymail.com
            Subject : Maafin aku.
            Hai, apa kabar Kiky? Setelah kejadian itu, aku bisa menerima keaadan dan aku belajar menerima keaadan itu dari kamu. Jujur aku sangat takut kehilangan kamu. Maafin aku gabisa berpamitan langsung ke kamu, karna aku tau, kamu sibuk dengan Stefan, aku gamau ganggu kamu. 2 hari setelah kejadian itu, aku terpaksa pindah ke Australia, karena Papa dan Mamaku pindah bertugas ke sana. Maafin aku ya. Aku bakal tetep sayang sama kamu.
                                                    With Love :
Dicky M Prsetya :)           
            Setelah aku membaca email dari Dicky. Aku menyesal, karena belum sempat ketemu sama Dicky untuk yang terakhir kalinya. Air mataku pun mulai menetes. Dan akhirnya, aku harus terima keadaan kalau Dicky, memang bukan buatku. Aku hanya bisa menyimpan kenanganku dengan Dicky di Hujan dan tentunya di Hatiku sendiri.


karya : Rizky Andita Putri
@rizkyandita
SMPN 1 Singosari
Malang (Singosari), Jawa Timur

Akhir Yang Indah

Dari kejauhan tampak seorang gadis kecil sedang bermain dan bercanda dengan kedua temannya. Ica, itulah nama gadis kecil yang sedang bermain itu. Rambutnya panjang, kulitnya putih dan bermata agak sipit. Gadis kecil itu memang benar-benar lucu dan manis. Sore itu, Ica dan dua temannya, Reza dan Ilham yang kebetulan kakak beradik itu sedang bermain bersama di bawah pohon besar yang sangat rindang. Mereka tertawa lepas, bermain dengan bebas dan terlihat sangat menikmati masa-masa itu. Tapi, sadarkah mereka? Mungkin hari itu menjadi hari terakhir mereka bermain bersama.

"Ilhaaaaaammm... Reeezaaaaa... Main yuk!" Ica memanggil-manggil kedua temannya tersebut dari depan rumah mereka. Sunyi. Sepi. Tak ada jawaban. Ica terus berteriak-teriak memanggil kedua sahabatnya itu. Tapi tetap tidak ada jawaban. Ica yang putus asa pun pulang ke rumahnya. Di rumah ia bercerita kepada bundanya. "Bunda, Ilham sama Reza lagi kemana sih? Kok Ica ajakin main merekanya engga ada?" tanya Ica dengan wajah penuh tanya. "Mulai sekarang Ica jangan nyari Reza sama Ilham lagi ya. Mereka udah pindah ke Bandung." jawab bunda sambil membelai lembut rambut anak semata wayangnya itu. "Reza sama Ilham pindah, Bunda? Bandung itu dimana sih, Bun? Ica pengen main sama mereka. Ica kangen sama mereka." ucap Ica yang hampir menangis. "Sabar ya, sayang. Suatu hari nanti kamu bisa kok ketemu lagi sama mereka. Ica jangan sedih ya. Kan masih ada Agatha, Cyndi sama David. Ica kan bisa main sama mereka." bujuk bunda. "Bisa, bunda? Asik. Ica gak sabar pengen ketemu sama mereka. Iya, Bun. Makasi ya. Ica sayang banget sama bunda." ujar Ica sambil memeluk bundanya.

"Pada upacara pagi hari ini, bapak hendak mengucapkan selamat kepada anak kami yang terkasih, Marisca Natania karena berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan SMAnya di salah satu sekolah terbaik di Bandung." ujar Pak Tri sehabis upacara bendera. Tepuk tangan pun bergemuruh di lapangan upacara SMP Karya Bakti. "Selamat ya, Ca! Bangga deh punya temen kayak lo. Udah cantik, pinter, baik lagi. Lo emang the best lah." ujar Agatha sambil memelukku dengan sangat erat. "Jangan lupain kita ya, Ca. Kita tetep sahabatan ya pokoknya." ucap Cyndi. "Iya tuh, Ca! Betul! Jangan lupain kita ya!" David yang sedaritadi diam pun ikut bicara. "Iya... Iya... Tenang aja. Gue gak bakalan lupa kok sama lo semua" jawabku sambil tersenyum. Sebenarnya aku ingin menangis karena harus meninggalkan sahabat-sahabatku ini. Tapi aku harus melanjutkan sekolahku di Bandung. Lagi pula aku juga ingin bertemu sahabat masa kecilku yang sudah pindah ke sana, meninggalkan aku tanpa kabar. Ya, Reza dan Ilham. Seperti apa ya mereka sekarang?  Uuughh kangen!

Hari ini aku akan berangkat ke Bandung. Sekarang aku sudah berada di ruang tunggu. Tadi aku diantar oleh ayah, bunda serta sahabat-sahabatku, Cyndi, Agatha dan David. Sebelum berangkat aku memeluk ayah dan bundaku memohon doa restu mereka. Tak lupa juga aku berpesan kepada sahabat-sahabatku itu untuk rajin-rajin mengirimiku sms dan email. Sepertinya aku belum siap untuk pergi meninggalkan mereka. Tapi aku tetap mencoba untuk bersabar. "Inget, Ca! Lo udah berhasil dapat beasiswa ke sana! Manfaatin sebaik-baiknya. Lagian ke Bandung kan emang impian lo. Biar lo bisa ketemu sama Reza dan Ilham." ucap kata hatiku. Dengan berat hati aku pun masuk ke dalam pesawat. Dan memulai perjalananku untuk mengejar ilmu dan menemui sahabat masa kecilku.

Satu tahun sudah aku tinggal di Bandung. Disana aku tinggal di kost-kostan yang lumayan dekat dengan sekolahku. Sejak tinggal sendiri aku jadi lebih mandiri dan engga manja lagi seperti dulu. Saat pertama kali hidup sendirian rasanya berat banget.  Abisnya engga ada bunda. Tapi sekarang aku sudah mulai terbiasa. Banyak masa-masa ga terlupakan satu tahun terakhir ini. Mulai dari masa ospek yang benar-benar menengangkan sekaligus bikin ketawa, ketemu sama temen-temen baru yang bener-bener asik, sampai dapet kejutan dari ayah, bunda dan sahabat-sahabatku yang sengaja datang ke Bandung waktu hari ulangtahunku. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Kapan aku bisa dipertemukan dengan sahabat masa kecilku itu? Bagaimana caranya agar aku bisa menemui mereka? Pikiran itu selalu menyelimuti otakku.

Sekarang aku lagi sibuk banget ngurusin pensi. Maklum, aku ini anggota OSIS. Capek sih memang. Tapi seru! Aku kebagian tugas buat mempromosikan pensi sekolahku ke sekolah-sekolah lain dan juga mencari sponsor. Kata temen-temenku aku emang cocok banget kebagian tugas ini soalnya aku cerewet dan bawel banget. Haha. Setelah berbulan-bulan menguras tenaga demi mewujudkan pensi yang "beda" sama yang sebelumnya akhirnya semua selesai! Seminggu lagi pensi yang dinanti-nantikan olehku dan pengurus OSIS lainnya serta para siswa dan siswi di sekolahku akan digelar. Eh aku udah cerita belom? Jadi waktu aku mampir ke SMA 6 bareng Christie buat menjalankan tugas ada satu anak cowok yang nyebelin banget. Jadi waktu aku sama Christie lagi makan di kantin tiba-tiba dia nyamperin meja kita dan maksa kita buat pindah. Nyebelin banget kan? Mana mukanya songong abis. Ih beneran deh minta dicakar banget cowok itu. Tapi ya lupain deh. Paling juga gue ga bakalan ketemu dia lagi. Iya kan?

Nah, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pensinya bakal mulai jam 12.00. Jam 06.00 aku sudah bangun. Aku sibuk memilih-milih baju mana yang hendak ku pakai. Akhirnya aku memilih kaos biru muda dan celana jeans serta sneakers kesayanganku. Setelah itu aku mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jam 09.00 aku sudah sampai dan berkumpul bersama teman-teman yang lain. Pensi kali ini rame banget! Bintang tamunya band-band bandung yang cukup terkenal disini. Serta boyband SM*SH. Ya, sebenernya aku sendiri engga tau mereka yang mana. Aku cuma tau lagunya aja. Padahal teman-teman di sekolahku banyak yang mengelu-elukan mereka. "Eh, itu smashnya dateng!" Alda berteriak-teriak kesenengan. Dia memang fans fanatik SM*SH, apalagi Bisma. Aku pun langsung menoleh ke arah boyband tersebut. Hey tunggu! Salah satu personilnya sepertinya aku kenal, tapi siapa ya? Ya ampun, aku baru inget. Dia kan cowok nyebelin itu. Ternyata dia personil SM*SH ga nyangka deh.

Pukul 13.00 SM*SH selesai perform dan aku yang sedang bengong disamping panggung tiba-tiba dikagetkan oleh seseorang. "Dooorr" katanya sambil menepuk pundakku. "Jangan bengong, Mbak. Nanti kesurupan loh" candanya. "Haha. Bisa aja" jawabku sambil tersenyum. "Boleh kenalan?" tanyanya sembari mengulurkan tangan. "Boleh. Gue Ica. Lo?" jawabku sambil membalas uluran tangannya. "Gue Ilham. Salam kenal ya, Ca" balasnya. Aku terkejut. Ilham? Apa jangan-jangan dia sahabat masa kecilku? Tapi yang namanya Ilham kan ga cuma satu. "Hei!" Ilham membuyarkan pikiranku. "Kok bengong lagi sih? Terpesona sama gue?" katanya lagi. "Engga kok. Ye narsis bener lo" jawabku sambil tertawa.

Sejak hari itu aku dan Ilham jadi makin dekat. Bisa dibilang kayak orang pacaran tapi engga pacaran. Ya its complicated lah. Suatu hari Ilham mengajakku untuk main ke rumahnya. Aku pun mengiyakan ajakannya tersebut. Ilham menjemputku di kost-kostan dengan motornya dan kami pun segera melaju ke rumahnya. Tiba-tiba diperjalanan, "Ilhaaaaam! Awas!" aku berteriak. Terlambat, motor yang kami naiki keburu di tabrak oleh mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi tersebut. Sejak itu aku tak ingat apa-apa lagi.

Aku mencoba membuka mataku. Berat sekali rasanya. Ah, kepalaku sakit sekali. Badanku pun terasa amat sakit. "Sayang, kamu udah sadar?" Suara itu. Seperti suara bunda. Dan ternyata memang bunda. "Bunda? Kok bunda ada disini? Aku dimana, Bun?" tanyaku. "Iya, Sayang. Ini bunda. Bunda dapat kabar katanya kamu kecelakaan. Kamu lagi di rumah sakit, Nak." Sekarang aku ingat semuanya. Kecelakaan itu. Ya, kecelakaan yang membuatku harus tergeletak di sini. "Bunda, Ilham mana?" tanyaku penasaran. "Ilham... Sekarang dia sedang ada di ICU. Doakan dia ya, Nak. Keadaannya sekarang kritis." jawab bunda dengan sangat berhati-hati. "Ilham kritis, Bun?" tanyaku lagi sambil terisak. "Eh, Ca. Tau gak? Bunda udah ketemu sama Reza dan Ilham. Sahabat kamu waktu kamu kecil itu loh" ujar bunda mengalihkan pembicaraan. "Oh ya? Ketemu dimana, Bunda?" tanyaku. "Temenmu yang kritis itu, Ca. Dia itu Ilham sahabat kamu" jawab bunda. Aku kaget. Ternyata selama ini aku udah ketemu sama sahabat lamaku. Di satu sisi aku senang, tapi di satu sisi pula aku merasa sedih. Sedih, karena sahabatku itu kini sedang kritis.

Seminggu sudah aku dirawat di rumah sakit ini. Keadaanku makin membaik. Keadaan Ilham pun semakin membaik dan sudah keluar dari ruang ICU. Kemarin bunda pulang karena ada urusan. Aku kira aku bakalan kesepian karena ga ada bunda yang nemenin aku. Tapi ternyata enggak tuh. Selain Christie, Cinthya dan Tiwi yang setiap hari jengukin aku. Reza juga suka main ke kamar aku buat ngontrol keadaan aku. Bunda emang nitipin aku sama dia. Reza baik banget ternyata. Jadi ngerasa bersalah waktu itu udah sebel abis-abisan sama dia. Hehe. Kalau sahabat-sahabat aku itu udah pada pulang, Reza pasti nemenin aku ngobrol. Setiap ngobrol pasti bahan obrolan kita ngalir gitu aja. Mulai dari cerita masa kecil kita, kejadian di kantin SMA 6 sampai kedekatan ku dengan Ilham. Ternyata Ilham beneran naksir aku, kata Reza dia suka cerita tentang aku ke dia. Jadi malu.

Akhirnya aku bisa pulang dari rumah sakit. Aku diantar pulang ke kost-kostan sama Reza. Sedangkan Ilham masih di rumah sakit. Aku juga sering jengukin dia. Tapi tiap kali aku jengukin Ilham aku selalu diejekin abis-abisan sama Reza. Haha. Reza emang hobi banget ngegodain aku sama Ilham. Ilham akhirnya pulang dari rumah sakit. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan bersama para personil SM*SH. Kita gila-gilaan bareng deh disitu. Pokoknya seruuu banget.

Aku, Christie, Cinthya dan Tiwi sedang hangout bareng. Tiba-tiba waktu kami sedang makan di cafe aku melihat seorang cowok sedang dinner berdua dengan cewek. Sangat mesra. Dan taukah kamu siapa cowok itu? Dia Ilham. Aku yang shock pun segera berlari keluar. Aku terus berlari. Dan menangis. Aku tak memperdulikan teriakan teman-temanku. Aku tak memperdulikan orang-orang yang menatapku dengan penuh tanda tanya. Sekarang aku berjalan menyusuri trotoar. Berjalan tanpa tujuan yang jelas. Air mata terus menetes dari mataku. Hatiku serasa dicabik-cabik! Aku engga pernah nyangka Ilham segitu teganya nyakitin perasaan aku. Tiba-tiba sebuah motor menghadang langkahku. Cowok pengendara motor itu membuka helmnya. Reza. Cowok itu adalah Reza. "Ica, lo kenapa?" tanyanya khawatir. "Ilham, Za. Ilham" jawabku sambil terisak. "Lo pasti sekarang udah tau ya kalo dia udah punya pacar?" tanyanya dengan hati-hati. "Iya, tadi gue liat dia di cafe sama pacarnya" jawabku. "Dia balikan sama mantannya, Ca" katanya lagi. "Lo yang sabar ya, Ca. Lo masih sayang sama dia?" Reza bertanya. "Yah, gimana ya? Sebenernya gue masih sayang sama dia. Tapi ya gue berusaha buat kuat ngadepin ini semua" jawabku. "Bagus deh. Lo emang harus kuat dan jangan ngarepin cinta dari orang yang belom tentu cinta sama lo. Pasti ada kok orang yang cinta sama lo. Cintanya tulus. Dari lubuk hatinya yang terdalam" ujar Reza. Kata-kata itu membuatku kuat. "Emang siapa, Za? Pasti ga ada" jawabku pesimis. "Gue, Ca. Gue cinta sama lo! Tulus dari hati gue yang terdalam. Gue sayang sama lo, Ca. Be my girl, please. Gue janji gue bakal selalu jagain lo. Gue janji gue ga bakal nyakitin lo. Lo mau kan, Ca?" ucap Reza dengan penuh kesungguhan. "Gue mau, Za. Gue juga sayang sama lo" jawabku.

Hari itu kami resmi berpacaran. Reza benar-benar membuat hidupku lebih berwarna dan berarti. Yang paling aku suka adalah dia mencintaiku apa adanya. Dia tidak menuntutku untuk menjadi orang lain. Dan aku sangat bersyukur dan beruntung bisa memiliki kekasih sepertinya. Kekasih yang mencintaiku dengan sepenuh hati dan apa adanya.


karya : Alissa Miranda Wilma
@alissamiranda
SMPK Yos Sudarso
Batam, Kepulauan Riau

Rabu, 01 Agustus 2012

Cinta Itu Apa Adanya

     Di sebuah perumahan,ada seorang wanita yang sangat jorok,nama dia Jingga.Dia memiliki dua sahabat yang bernama Winda dan Ita,dia juga memiliki pacar yang bernama Bara.
“eh,makannya koq kayak gitu sich!gak baik anak cewek makan seperti itu”kata Bara.
“iya sayang maaf ya”kata Jingga.
     Setelah menjemput Jingga,Bara langsung mengantar pulang dan dirumah,Jngga melihat kue yang sangat enak dan Jingga pun langsung memakan kue itu seperti orang kelaparan.
“kamu itu apa-apaan sich,ini itu bukan kue kamu”kata Mamanya.
“habis enak Ma”kata Jingga sambil makan kue.
“kue ini dari Chika,dia baru pindah di sebelah rumah”kata Mamanya.
“hai Chika”kata Bara.
“hai juga”kata Chika.
“kalian udah saling kenal”tanya Jingga.
“dia ini temen lama gw”jawab Bara.
     Malam harinya,Bara telpon Jingga untuk menyuruh dia supaya dia belajar masak seperti Chika,dan Jingga langsung besoknya bikin kue.
“jadi hari ini Jingga gak ikut kita lari pagi,karna dia bikin kue?”tanya Ita.
“iya,katanya sich dia ngelakuin ini demi Bara”kata Winda.
“o..O.. gitu”kata Ita.
     Tidak lama kemudian,Ita dan Winda melihat Bara sedang lari pagi dengan wanita lain.
“eh bukannya itu Bara ya?sama siapa!”kata Winda.
“gak tau,wah parah!jangan-jangan dia selingkuh”kata Ita.
“Jingga harus tau hal ini”kata Winda.
     Mereka pun pergi ke rumah Jingga,dan setelah sampai mereka langsung bilang ke Jingga,tapi Jingga gak percaya.
     Esok harinya,Ita bawa kue ke sekolahanya dan Winda memiliki ide yang sangat bagus.
“lo beli kue di toko depan,terus lo kasih ke keluarga Bara,tapi lo bilangnya kalau kue itu buatan lo”kata Winda.
“ide lo bagus juga”kata Jingga.
     Sepulang sekolah,Jingga langsung beli kue dan dia pun juga membuang cap merek dari kue toko itu,supaya keluarga Bara gak tau kalau kue itu sebenernya beli.
“Kak Jefri,Baranya sudah pulang kuliah belum?”tanya Jingga.
“Bara selama satu minggu ini gak kuliah dan apa itu?”kata Jefri.
“ini kue,aku loh kak yang bikin”kata Jingga.
     Lalu kue itu di cicipin dan kue itu enak sekali,Mamanya Bara saja gak percaya kalau Jingga itu pinter bikin kue.
“wah Bara sudah pulang,Bar cicipin kue bikinan Jingga,enak loh”kata Mama Bara.
“iya dech Ma”kata Bara.
“aku juga bawain kue loh tante”kata Chika.
“wah enak banget kuenya,lo emang jago bikin kue sayang”kata Bara.
“besok biar aku buatin lagi ya”kata Jingga.
     Sudah beberapa kali Jingga bawa kue beliannya ke rumah Bara,tapi baranya tetep saja memuji Chika,sampai akhirnya Jingga merubah dirinya seperti Chika yang luguh,baik dan bersih.
     Lama-kelamaan,Jefri tau kalau semua makanan yang Jingga bawa itu dari toko,karna Jingga sempat lupa melepas cap dari toko.
“kenapa kamu lakuin ini?”kata Jefri.
“aku ngelakuin ini kara Bara selalu memuja Chika dari pada aku”kata Jingga.
“dan kamu berubah seperti ini juga gara-gara itu?”
“iya Kak”kata Jingga.
“cinta itu harus apa adanya!kalau kamu mau Bara seperti dulu,jadilah Jingga yang seperti biasanya”kata Jefri.
“baik Kak”kata Jingga.
     Esok harinya,Jingga bikin puding buatannya sendiri dan Chika juga bikin puding!tapi setelah di makan Bara,rasa puding buatan Jingga sangat tidak karuan,lalu Bara makan puding buatan Chika.
“nah ini baru yang namanya puding,rasanya enak banget!gak seperti puding buatan Jingga”kata Bara.
“gw kan udah usaha untuk yang terbaik”kata Jingga.
“tapi tetep aja buatan kamu itu gak karuan”kata Bara.
     Karna merasa tersinggung,Jingga pergi dari rumah Bara.
“lo gak ngejar Jingga”kata Jefri.
“lo gak liat kalau gw lagi makan puding”kata Bara.
     Malam harinya,Jefri ke kamar Bara untuk bilang kalau Jingga itu sangat mencintai dia.
“kalau lo udah gak cinta sama Jingga,lo putusin dia”kata Jefri.
“lo gak usah ikut campur masalah gw,semua itu biar gw yang pikirin”kata Bara.
“ok kalau gi tu sekarang lo pikir,Chika dulu mutusin lo karna cowok lain dan sekarang lo berharap kalau dia akan mau sama lo,lo seharusnya malu sebagai lelaki”kata Jefri.
     Esok harinya,kepala Bara pusing dan dia meminta Chika untuk menjenguk ke rumahnya.
“kenapa aku jadi deket sama Bara sich,aku kan ingin deketin Kak Jefri”kata Chika.
     Chika pun langsung ke rumah Bara untuk meramut Bara,dan Jingga juga ingin kerumah Bara,tapi gak ada yang bukain sampai-sampai Jingga melihat-lihat ke jendela di sekeliling rumah Bara,dan Jingga melihat Bara sedang berduaan dengan Chika di kamar,lalu ada petir dan Chika pun memeluk Bara karna dia takut sama petir.Jingga menangis dan langsung pergi ke rumahnya.
“gw sadar guys,kalau Bara udah gak suka sama gw”kata Jingga.
“lo yang sabar,masih banyak cowok di dunia ini”kata Ita.
     Pada saat itu juga Bara bilang ke Chika kalau dia suka sama dia,tapi Chika tolak karna Chika sudah gak cinta sama dia,tapi sama Kak Jefri.
“Jingga,gw minta maaf ya”kata Bara.
“di antara kita gak ada yang salah”kata Jingga.
“terus hubungan kita?”tanya Bara.
“gw rasa kita gak cocok dan hubungan kita berakhir sampai di sini”jawab Jingga.
“tapi....”
“aku menangis,membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku!kau duakan cinta ini,kau pergi bersamanya!dan kau harus tau,akulah hati yang kau sakiti”kata Jingga.
“kalau emang itu mau kamu,aku rela putus dari kamu”kata Bara.
“cinta itu apa adanya,aku mencari pasangan yang bisa nerima aku apa adanya”kata Jingga.
“kalau kamu beri aku kesempatan lagi,aku janji akan berubah dan nerima kamu apa adanya”kata Bara.
“maaf,tapi aku gak bisa”kata Jingga.
     Meskipun sudah tidak pacaran,mereka berdua masih bisa berteman,memang cinta itu apa adanya dan kalau kita mencintai seseorang,kita juga harus mencintai kehidupannya juga.


#Selesai